Seni Grafis Adalah
Seni memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bahkan, sering kali seni masuk ke dalam benda-benda yang dipakai manusia sehari-hari. Misalnya saja motif pada baju yang ternyata adalah bagian dari seni grafis.
Seni grafis adalah seni rupa yang termasuk ke dalam seni rupa murni. Seni rupa murni sendiri memiliki arti sebuah karya seni yang hanya bisa dinikmati nilai estetikanya. Tetapi, dewasa ini terdapat pergeseran makna tentang masuk kemanakah seni grafis ini. Berikut pengertian seni grafis dan pergeseran fungsi seni ini menjadi seni rupa terapan.
Pengertian Seni Grafis
Secara etimologis kata, grafis berasal dari kata graphic (Bahasa Inggris) yang berarti membuat gambar, tulisan, maupun lukisan dengan cara ditorehkan atau dituliskan. Sedangkan seni adalah hasil karya manusia yang mengandung nilai estetika.
Seni grafis sendiri sering disebut sebagai seni rupa. Tetapi dewasa ini, seni grafis juga sering diidentikkan dengan desain grafis, terutama karena berkembangnya kebutuhan akan desain grafis dan teknologi yang mendukung. Sehingga seni grafis mulai bergeser dari seni rupa murni menjadi seni rupa terapan.
Sejarah Seni Grafis
Kesenian tidak muncul di era sekarang begitu saja. Ada banyak sejarah kemunculan dan perkembangan seni hingga mencapai ke titik ini. Untuk sejarah seni grafis sendiri, dibagi menjadi dua bagian. Yakni sejarah seni grafis di dunia dan sejarah seni grafis di Indonesia. Berikut ulasan lengkapnya:
Sejarah Seni Grafis di Dunia
Jika biasanya seni rupa berasal dari peradapan Eropa, maka seni grafis berasal dari daratan Asia. Tepatnya berasal dari Daratan China sejak ditemukannya kertas. Sudah umum diketahui bahwa yang pertama kali menemukan kertas adalah bangsa Tiongkok pada Dinasti Ying tahun 105 M.
Pada awalnya, seni grafis digunakan untuk memperbanyak tulisan-tulisan keagamaan. Biasanya, naskah-naskah keagamaan itu diukir di atas kayu atau kertas. Dan tidak hanya China, naskah yang memiliki seni grafis dan diukir di atas kayu tersebut juga ditemukan di Jepang dan Korea. Biasanya, naskah-naskah ini memiliki karakteristik yang kuat, seperti mengandung kultur kebudayaan kuno dan tahan lama.
Kontribusi China dalam perkembangan seni grafis di dunia barat sangat besar, berkat penemuan kertas dan teknik wood block yang mereka kembangkan. Tapi, sebelum menemukan teknik wood block, ada beberapa fase lagi. Dari mulai fase mengukir di atas batu sampai ke penemuan kertas.
Pada tahun 165 M, para penganut Konfusius Klasik selalu menuliskan naskah keagamaannya dengan cara mengukir di atas batu untuk menjamin usia dokumen agar tahan lama. Pengukiran di atas batu juga dianggap sebagai cara yang akurat dalam menyimpan dokumen.
Tapi, karena buku batu ini sangat berat dan memakan banyak tempat untuk menyimpannya, maka mulailah mereka menciptakan teknik wood block printing dalam menggandakan naskah keagamaannya.
Teknik ini diduga mulai digunakan pada abad ke 6 hingga akhir abad ke 9. Hal ini disimpulkan dari penemuan kertas rami yang diperkirakan berasal dari tahu 650 sampai 670 M pada masa Dinasti Tang.
Wood block printing sendiri adalah teknik cetak yang didahului dengan mengukir dokumen ke atas blok kayu. Blok-blok kayu yang telah selesai diukir kemudian diberi tinta atau pewarna kemudian ditekankan ke atas kertas hingga gambar yang di blok kayu tersalin rapi ke atas kertas. Inilah awal mula berkembangnya seni grafis.
Sejarah Seni Grafis di Indonesia
Sama seperti cabang seni lainnya, seni grafis mulai berkembang di Indonesia sejak kolonialisasi mulai masuk menjajah Indonesia, tapi yang paling berperan adalah kolonialisasi Belanda. Dalam masa penjajahan, pemerintah Belanda pernah meminta beberapa seniman asal negaranya untuk merekam pemandangan alam di Indonesia.
Semua rekaman tentang keindahan landscape Indonesia itu dibuat dalam bentuk lukisan yang beraliran romantisme. Beberapa juga diletakkan dalam teknik wood engraving maupun lithografi. Kegiatan merekam eksotisme alam Indonesia inilah yang mengenalkan masyarakat Indonesia ke seni grafis. Tetapi bukan caranya yang dikenal, melainkan hanya sebatas obrolan dengan orang asing saja.
Tetapi, ketika seni grafis sudah dipelajari dan dikenal lebih jauh, keberadaannya di Indonesia hanya dianggap sebagai seni kelas dua. Seni grafis sering kali dianggap sebagai seni yang hanya mendampingi seni lainnya, misalnya sebagai keterangan dalam pameran lukis dan sebagainya.
Baru di sekitar tahun 1970-1980 lah ada beberapa pameran seni grafis tunggal. Dimana seni ini tidak lagi dipamerkan dalam rangkan ‘mendampingi’ seni patung atau seni lukis, melainkan telah mendapatkan tempatnya sendiri dalam sebuah pameran seni.
Pameran Seni Grafis ini diadakan di Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Dua tahun setelah pameran, barulah muncul keompok yang berkonsentrasi di seni grafis bernama Decenta.
Di akhir tahun 1990 adalah masa perubahan besar terhadap seni grafis yang ada di Indonesia. Aliran post-modern yang semakin populer membuat banyak seniman latah dan membuat beberapa karya seni di tempat yang tidak lazim.
Kemudian, dengan perkembangan teknologi, seni grafis didorong dan berkembang pesat hingga dikenal sesuatu yang disebut dengan desain grafis.
Jenis Seni Grafis
Ada 7 jenis seni grafis yang umum ada di dunia. Ketujuh jenis ini dibedakan berdasarkan teknik cetak yang digunakan dalam proses pembuatan. Ketujuh teknik ini adalah cetak stensil, cetak sablon, cetak dasar, kolagrafi, cetak dalam, cetak foto, dan cetak tinggi.
Berikut ulasan lengkapnya mengenai beberapa teknik cetak tersebut:
1. Cetak Saring (Silkscreen)
Cetak saring ini biasa disebut juga dengan cetak sablon, biasanya digunakan dalam pembuatan poster, spanduk, ataupun gambar pada kaos. Dalam menggunakan teknik ini, biasanya para penyablon menggunakan cetakan yang terdiri dari bahan yang lentur, elastis, dan halus seperti kain kasa.
Seniman seni grafis yang biasa menggunakan teknik ini adalah Andy Warhol, Chuck Close, dan Joseft Albert.
2. Cetak Datar (Lithography)
Secara etimologi kata, lithography berasal dari bahasa Yunani, yakni Lithos dan graphein. Lithos berarti batu dan graphein berarti menulis. Sehingga, bisa diartikan bahwa lithography adalah seni cetak yang dituliskan di atas batu.
Untuk menggunakan teknik ini, seniman biasa membuat motif di atas batu (biasanya batu kapur yang sedikit lebih mudah dibentuk), kemudian mengolesnya dengan pewarna, dan setelah itu meletakkan media cetakan (biasanya kertas) ke atas ukiran yang telah diberi pewarna tersebut.
Seniman yang menggunakan teknik ini adalah Pablo Picasso, Odilon Redon, Joan Miro, dan lain sebagainya.
3. Cetak Tinggi (Woodcut)
Teknik woodcut biasa juga disebut dengan cetak timbul. Teknik ini digunakan untuk membuat gambar timbul pada permukaan media cetak. Jika ingin mengetahui contoh barang yang menggunakan cetak tinggi maka bisa melihat stempel.
Pada bagian bawah stempel selalu memiliki bagian yang telah dicetak timbul. Bagian ini nantinya adalah tempat peletakan tinta yang akan ditekankan pada kertas. Media yang populer untuk cetak timbul ini biasanya yang berbahan keras tetapi mudah dibentuk, seperti kayu, besi, karet, metal, triplek dan lain sebagainya.
Teknik cetak tinggi yang dianggap paling memiliki nilai sani adalah teknik woodcut yang dikenal pada abad ke 14 oleh koptik Mesir. Biasanya teknik ini digunakan untuk membuat motif pada kain tenun oleh orang Eropa.
Salah satu seniman terkenal dalam bidang cetak tinggi ini adalah Johannes Guttenberg.
4. Cetak Dalam (Intaglio)
Teknik intaglio ini adalah teknik seni grafis yang cara pembuatannya berupa menorehkan atau menggoreskan motif ke lempeng logam dengan benda tumpul. Media utama untuk menggambarkan motif di sini adalah lempeng logam, bisa berupa tembaga, besi, seng, kuningan, aluminium dan lain sebagainya.
Teknik ini memiliki beberapa sub-teknik lagi, yakni:
Engraving
Teknik ini menggunakan burin sebagai alat utama penggunaan teknik dan penggunaan logam sebagai medianya.
Cara pembuatannya adalah dengan mengukir logam menggunakan burin. Setelah ukiran selesai, oleskan cat ke seluruh permukaan logam, kemudian cat itu dibersihkan hingga hanya tersisa di bagian yang diukir saja. Setelah itu, ukiran yang masih memiliki cat dipress ke media cetak seperti kertas atau kain untuk mendapatkan motif ukirannya.
Etsa
Etsa disebut juga dengan Etching adalah teknik cetak dalam yang menggunakan tembaga sebagai media ukir.
Cara kerja teknik ini sebenarnya cukup mudah, yakni dengan menutupi seluruh permukaan tembaga dengan lilin. Setelah itu, permukaan lilin diukir dengan menggunakan jarum etsa yang tajam hingga nampak permukaan tembaganya.
Setelah permukaan tembaga tergores juga, rendam seluruh permukaan logam dengan cairan asam agar terjadi korosi pada permukaan yang tergores. Setelah terjadi korosi, bersihkan seluruh lilin lalu cetakkan saja ke media kertas dengan cara dipress dengan tekanan tinggi.
Mezzotint
Teknik ini menggunakan alat khusus yang disebut dengan rocker. Cara kerjanya adalah dengan mengerok permukaan logam dan meninggalkan kesan gelap terang, gambar juga harus dibuat kasar di beberapa bagian. Teknik ini biasanya dipakai untuk mencetak foto.
Drypoint
Teknik ini sebenarnya hampir sama dengan engraving, yakni dengan membuat ukiran di atas permukaan logam. Hanya saja yang digunakan untuk mengukir adalah alat runcing dan bukannya burin.
Seniman yang memperkenalkan teknik ini adalah seniman Jerman dengan julukan Housebook Master pada abad ke 15 M.
5. Cetak Foto
Teknik ini bisa dibilang sebagai teknik modern dan menggunakan kamera untuk mengambil gambar cetakan. Proses fotografi ini meliputi pencucian film dan pencetakan foto. Hanya saja, teknik ini sekarang telah bergeser menjadi printing dengan alat otomatis dan jarang sekali yang menggunakan teknik cetak foto untuk mencetak foto.
6. Kolagrafi
Cara kerja teknik ini adalah dengan meletakkan motif cetakan di bawah kertas, setelah itu kertas dicat atau diarsir dengan menggunakan pensil memakai penekanan. Setelah itu, kertas dilepas dari cetakan dan akan menghasilkan objek gambar yang timbul dan bagian yang tidak bergambar akan cekung.
7. Cetak Stensil
Cara kerja teknik cetak stensil adalah dengan memotong kertas sesuai dengan motif yang diinginkan kemudian di tempel ke media cetak. Setelah selesai ditempel, media cetak akan dicat atau disemprot dengan cat semprot. Setelah cat kering, kertas tersebut akan dilepas sehingga meninggalkan motif di media cetakan.