Budikdamber, Solusi untuk Tetap Kreatif dan Produktif di Kala Pandemi
Budikdamber sebagai salah satu solusi untuk ketahanan pangan dimasa depan (Sumber gambar : makassar.terkini.id)
Saat ini Indonesia tengah diuji dengan adanya pandemi virus Covid 19. Berbagai cara dilakukan untuk menekan penyebaran virus ini, mulai dari pembelajaran daring kepada seluruh civitas akademika, pemberlakuan sistem local lockdown, penutupan berbagai sarana umum, dan kebijakan-kebijakan lain yang menganjurkan seluruh masyarakat dari berbagai kalangan untuk tetap #dirumahaja.
Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan agar tetap produktif selama #dirumahaja. BUDIKDAMBER atau dikenal sebagai Budidaya Ikan Dalam Ember merupakan salah satu solusi yang bisa Anda lakukan selama #dirumahaja. BUDIKDAMBER menggunakan media yang kecil, hemat air, portabel, dan tidak membutuhkan listrik. Anda bisa menebar 40-60 benih ikan dalam ember yang berisi 80 liter air.
BUDIKDAMBER juga dapat menjadi solusi dari semakin berkurangnya lahan pertanian yang ada karena perkembangan pembangunan yang pesat. Dengan semakin maraknya pembangunan pemukiman dan perekonomian di wilayah perkotaan, semakin meningkat pula alih fungsi lahan yang terjadi.
Dengan semakin menyempitnya potensi lahan di wilayah perkotaan yang bisa dimanfaatkan, maka pemanfaatan pekarangan merupakan salah satu opsi yang bisa dipilih. Di masa pandemi seperti sekarang ini, pemanfaatan pekarangan sangat erat kaitannya dengan usaha mencapai ketahanan pangan masyarakat yang dimulai dari skala rumah tangga.
Ada beberapa jenis ikan yang dapat didederkan atau dibesarkan dengan mudah dalam BUDIKDAMBER, diantaranya ikan lele, ikan mujair, dan ikan nila. Sistem BUDIKDAMBER dapat dilakukan bersamaan dengan tanaman akuaponik seperti kangkung, bayam, dan sawi. Ikan lele dan sayur kangkung menjadi bahan yang paling umum digunakan pada metode BUDIKDAMBER ini.
Solusi Ketahananan Pangan Disaat Pandemi Dengan BUDIKDAMBER
Dasar dari teknik ini adalah sistem akuaponik, yaitu menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu wadah. Unsur hara yang berasal dari kotoran ikan akan dimanfaatkan oleh tanaman. Bagaikan simbiosis mutualisme, tanaman akan berfungsi sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun pada kotoran ikan menjadi zat yang tidak berbahaya bagi ikan. Tanaman juga akan menyuplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan.
Sekilas Tentang BUDIKDAMBER
Budidaya ikan yang dibarengi dengan kegiatan hidroponik ini merupakan hasil temuan Dosen Politeknik Negeri Lampung, Juli Nursandi, S.Pi, M.Pi. Lewat metode ini Anda bisa mewujudkan dua hobi sekaligus dalam satu wadah, yakni budidaya ikan dan bercocok tanam, serta tidak terkendala dengan lahan yang sempit. Metode ini diklaim ideal diterapkan di kota yang notabene lahannya rata-rata terbilang minim.
Seiring berjalannya waktu, perwujudan BUDIKDAMBER diawali dari kegiatan penyuluhan perikanan pada sekelompok ibu rumah tangga yang tergabung dalam keanggotaan PKK. untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan ibu-ibu rumah tangga dan warga secara umum, maka perlu dilakukan pendampingan. Salah satunya dengan mengenalkan pengembangan budidaya ikan sistem BUDIKDAMBER.
BUDIKDAMBER mengadaptasi teknik Yumina-Bumina yang merupakan teknik budidaya yang memadukan antara ikan dan sayuran serta buah-buahan. Berdasar beberapa penelitian, pada budidaya Yumina-Bumina dikenal empat sistem, yaitu; rakit, aliran atas, aliran bawah serta pasang surut.
Pada sistem aliran atas, distribusi air dilakukan lewat atas ke setiap wadah media tanam sehingga nutrisi yang berasal dari limbah budidaya dapat tersebar merata ke setiap batang tanaman. Untuk membuat sistem aliran atas diperlukan bahan seperti bak ikan, wadah media tanam, saluran air, pompa air, arang, ikan, dan sayuran.
Aplikasi BUDIKDAMBER
Bahan yang dibutuhkan dalam budidaya berupa ember 80 liter, gelas plastik, kawat, arang, benih ikan lele, dan sayuran kangkung. Tahap selanjutnya air diendapkan dalam ember selama satu hari. Kemudikan membuat media tanam sayuran berupa gelas plastik (sebagai pot) yang dilubangi kawat sebagai tempat untuk digantungkan ke mulut ember.
Selanjutnya, arang dibersihkan sebagai pengganti tanah dan dimasukkan ke dalam pot plastik. Terakhir tanaman kangkung dimasukkan ke dalam pot. Yang harus diperhatikan saat meletakkan pot harus sebagian terendam air. Ember air yang sudah diendapkan, sehari kemudian dimasukkan ikan lele,nila, atau patin. Dalam satu ember bisa diisi sekitar 40 ekor benih lele ukuran 7-9.
Masa Pemanenan
Kegiatan budikdamber dilaksanakan kurang lebih 4 bulan. Hasil dari kegiatan tersebut adalah panen ikan lele dan sayur kangkung. Lele sudah bisa dipanen mulai 1,5-2 bulan dari masa pemeliharaan. Panen lele tidak dilakukan secara serentak untuk seluruh ember, karena besar ikan lele tidak seragam untuk pemeliharaan selama dua bulan tersebut.
Sementara panen kangkung pertama kali dilakukan pada masa pemeliharaan selama 2-3 minggu. Jumlah awal panen kangkung rata-rata 1 ikat per dua ember. Panen berikutnya sekitar satu hingga dua minggu dengan jumlah panen sekitar lebih banyak dari panen pertama yaitu satu ikat satu ember.
Jumlah panen kangkung akan semakin berkurang ketika memasuki bulan ketiga dan keempat pemeliharaan. Ketika jumlah panen kangkung sudah mulai berkurang bisa dilakukan penanaman kembali melalui pergantian kangkung dengan bibit yang baru.
Penggunaan ember sebagai pengganti kolam adalah karena hemat tempat. Ketika tempat menjadi keterbatasan dalam memulai bisnis atau usaha sampingan, maka menggunakan ember dianggap solusi terbaik. Tidak seperti menggunakan kolam, memanen dari ember lebih mudah karena Anda tinggal membuang airnya saja.
Di masa pandemi yang entah kapan ujungnya, Anda bisa mendapatkan sayuran dan ikan dalam kondisi segar, sehat, dan bebas kontaminasi bahan yang berbahaya dengan menggunakan metode BUDIKDAMBER. Bagaimana, simpel kan? Tertarik dengan metode budikdamber? Coba saja praktikkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar