Masjid
Baiturrahim Jaka Setia Galaxy
18
Pebruari 2025 / 19 Sya’ban 1446 H
Pemateri
Ustadz Mahfudz Umri, Lc. Hafizhahullah
"Bulan yang Dilalaikan Banyak
Manusia"
Setelah khutbahtul hajjah beliau
(pemateri) memberikan nasihat terkait syukur dan sabar. Syukur dan sabar
merupakan senjata ampuh bagi orang yg beriman. Diantaranya adalah memasuki
bulan Ramadhan.
Tema yang diangkat kali ini
berdasarkan hadits Nabi sholallahu alihi wassalam yakni dari Usamah bin Zaid,
beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu
berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Syaban”. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ
بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Syaban adalah bulan di
mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan
tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta
alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku
dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Sub pembahasan yang akan
dibahas antara lain :
1. Sebab penamaan bulan
Sya'ban
2. Sya'ban bulan yang
dilalaikan
3. Sya'ban bulan diangkatnya
amal
4. Dalil Alquran bahwa amal
naik dan terangkat kepada Allah ta'aala
5. Bukti bahwa Allah ta'aala
berada diatas
6. Sya'ban adalah bulan yang
dicintai nabi shallallahu alaihi wasallam
7. Keutamaan ibadah di waktu
manusia lalai
Bulan yang dimaksud manusia
banyak terlupakan yaitu bulan sya'ban karena bulan sya'ban berada di tengah
bulan rajab dan romadhon. Dan sebagaimana kita ketahui bulan Rajab adalah bulan
haram yang dimana banyak manusia berhati-hati didalamnya dan bulan Ramadhan
juga kemaksiatan dipersempit oleh karenanya bulan sya'ban manusia merasa
kendor. Dalil dari quran Sebagaimana surat : 9.At-Taubah : 36
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ
اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ
أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً
ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan
di sisi Allah ialah dua belas bulan,
(sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya
(empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana
mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang bertakwa.”
Dari Abu Bakrah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ
، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Setahun berputar sebagaimana
keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua
belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya
berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi
adalah) Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR.
Bukhari, no. 3197 dan Muslim, no. 1679)
Keutamaan Bulan Syaban serta Rasullulah banyak berpuasa
di bulan sya'ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau
berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa
selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Syaban”. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ
بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Syaban adalah bulan di
mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan
tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta
alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku
dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan).
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas
terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia
lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)
Banyak Berpuasa di Bulan Syaban
Terdapat suatu amalan yang dapat
dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Syaban dibanding bulan-bulan
lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه
وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ
. فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ
إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau
tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak
berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan.
Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada
berpuasa di bulan Syaban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Juga dianjurkan kita perbanyak
amal sholih lainnya seperti membaca al-qur’an, shodaqoh sholat sunnah dan
lainnya agar ketika memasuki bulan Ramadhan kita merasa siap dalam melakukan
setiap amal ketaatan. Ketika puasa itu tiba, maka kebaikan akan mudah
dilakukan. Kejahatan dan maksiat akan semakin berkurang karena saat itu pintu
surga dibuka dan pintu neraka ditutup, setan pun terbelenggu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika masuk bulan Ramadhan,
pintu-pintu rahmat dibukan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun
diikat dengan rantai.” (HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079).
Dikisahkan ketika Nabi menaiki
mimbar, pada tangga pertama beliau berucap âmîn. Pada tangga kedua dan ketiga
beliau juga berucap âmîn. Para sahabat akhirnya bertanya. Wahai Rasulullah, kami
mendengar engkau mengucapkan âmîn tiga kali. Nabi menjelaskan: Pada tangga
pertama tadi, Jibril mendatangiku dan mengatakan:
شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ
مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celaka orang yang menjumpai
Ramadhan dan melewatinya tapi dosa-dosanya tidak diampuni.”
“Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.”
Pada tangga kedua Jibril
berkata:
شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ
أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
“Celaka orang yang menjumpai
kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya tapi hal itu tidak bisa
memasukkannya ke surga.”
“Maka aku mengucapkan ‘âmîn”.
Pada tangga ketiga Jibril berkata:
شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ
يُصَلِّ عَلَيْكَ
“Celaka orang yang ketika
namamu disebut di dekatnya, tapi ia tidak bershalawat padamu.”
Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.
(Imam al-Bukhari, Al-Adabu-l Mufrad, bab Man Dzukira ‘Indahu an-Nabiyyu Falam
Yushalli ‘Alaihi).
Jangan meremehkan berbuat baik
sekecil apa pun walau hanya dengan senyum manis tatkala bertemu, begitu pula
walau hanya membantu urusan saudara kita yang ringan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata pada Jabir bin Sulaim,
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ
وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ
الْمَعْرُوفِ
“Janganlah meremehkan kebaikan
sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum
kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud no.
4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini
shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Penamaan Bulan Sya’ban
Dinamakan sya'ban juga dinamakan
tasya'aba karna orang orang dahulu berpencar dalam mencari air sedangkan bulan
Ramadhan berasal dari kata romdho yakni panas. Sedangkan secara historis, Ibnu
Hajar al-’Asqalani mengatakan dalam kitab Al-Khulashah fi Syarhil-Khamsiin
Asy-Syamiyah bahwa bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena saat penamaan bulan
ini banyak orang arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar
di gua setelah berakhirnya bulan Rajab.
وَسُمِّيَ شَعْبَانُ لِتَشَعُّبِهِمْ فِيْ
طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِيْ الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبِ الْحَرَامِ
“Dinamakan Sya’ban karena mereka
berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab
Al-Haram”.
Selain itu, bulan Sya’ban disebut
juga dengan bulan yang dilupakan. Adapun sebab ia dilupakan adalah karena ia
berada antara bulan haram (Rajab) dan bulan Ramadan. Bulan haram sudah kita
ketahui bersama keutamaannya.
Ajakan Allah dan Rasul-Nya merupakan ajakan kehidupan yang
bersumber pada quran dan sunnah. Hal itu dinamakan Syariat yang berarti sumber
mata air atau sumber kehidupan.
Setan Selalu Menakutkan Manusia Dengan Kemiskinan
sebagaimana allah berfirman dalam surta ke- 2. Al-Baqarah :
268
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ
بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir),
sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Mahaluas lagi
Maha Mengetahui.”
Bulan Ramadhan Bulan Yang Penuh Berkah dan Ampunan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di
bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa
lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)
Ibnu Mas'ud radhiallahu ‘anh
berkata ketika allah menyerukan terhadap suatu ajakan “Hai orang-orang yang
beriman” maka pasang telinga agar diperhatikan dengan betul dan
sungguh-sungguh. Sebagaimana dalam surat Al Baqoroh 183
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Sya'ban merupakan bulam yang banyak dilalaikan manusia
dari mengingat allah, sebagaimana dalam surat 18.Al-Kahf : 28
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ
رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ
عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ
عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Bersabarlah engkau (Nabi
Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari
dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa
nafsunya dan keadaannya melewati batas.”
Supaya kita tidak lalai maka perbanyak dzikir kepada allah.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ
، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang ringan di
lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi
hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha
Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694).
Dzikir Merupakan Tauhid dan
Tauhid meupakan haknya allah maka ketika menjaga haknya allah maka kita akan
dijaga sebagaimana hadits nabi shallallahu alaihi wasallam
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ
بْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا ، فَقَالَ «يَا غُلَامُ !
إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ : اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ
تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ
فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ. وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ أَنْ
يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ
لَكَ، وَ إِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ
إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ
وَجَفَّتِ الصُّحُفُ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ :
حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيِحٌ.
وَفِي رِوَايَةٍ غَيْرِ التِّرْمِذِيِّ
: «اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ
يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّ ةِ. وَاعْلَمْ أَنَّ مَاأَخْطَأَكَ ؛ لَمْ يَكُنْ
لِيُصِيْبَكَ ، وَمَا أَصَابَكَ ؛ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ
مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْرًا».
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin
‘Abbâs Radhiyallahu anhuma , ia mengatakan, “Pada suatu hari, aku pernah
dibonceng di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,
‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah
Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan
mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada
Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat
kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan
sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul
untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan
dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang
telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah
kering.’” [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh”]
Kita harus bahagia memasuki bulan
Ramadhan dan juga senantiasa berdoa agar memohon taufik untuk dimudahkah dalam
ketaatan dan beramal shalih lainnya.
Syaban Merupakan Bulan Dimana Amal
Sholih Dinaikkan, sebagaimana Allah berfirman dalam surat ke- 5.Fāṭir : 10
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ
يَرْفَعُهُ ۚ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ
أُولَٰئِكَ هُوَ يَبُورُ
“Siapa yang menghendaki
kemuliaan (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan
naik perkataan-perkataan yang baik dan amal saleh akan diangkat-Nya. Adapun
orang-orang yang merencanakan kejahatan akan mendapat azab yang sangat keras
dan rencana jahat mereka akan hancur.”
Perhatikan perintah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’awiyah bin Al-Hakam agar memerdekakan
budak tersebut, karena budak tersebut beriman dan tanda keimanannya adalah
dengan tepat menjawab pertanyaan “di mana kah Allah” dan jawabannya tepat yaitu
“di atas langit”.
ﻋَﻦْ ﻣُﻌَﺎﻭِﻳَﺔَ ﺑْﻦِ ﺍْﻟﺤَﻜَﻢِ ﺃَﻧَّﻪُ
ﻟَﻤَّﺎ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﺘِﻠْﻚَ ﺍْﻟﺠَﺎﺭِﻳَﺔِ ﺍﻟﺴَّﻮْﺩَﺍﺀَ ﻗﺎَﻝَ ﻟَﻬَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻳْﻦَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ ﺃَﻧَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ
ﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻋْﺘِﻘْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ
“Dari Mu’awiyah bin al-Hakam
bahwasanya dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
membawa seorang budak wanita hitam. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bertanya pada budak wanita tersebut: ’Di mana Allah?’ Budak itu menjawab,
’Di atas langit’. Rasul bertanya lagi, ’Siapakah aku?’ Budak itu menjawab,
’Engkau adalah utusan Allah’. Maka Rasul berkata: ’Merdekakanlah ia karena ia
adalah mukminah (wanita beriman)’” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, An- Nasaai,
Malik)
Amal merupakan bukanlah sebab kita
dimasukkan ke surga namun kita memasuki surga melainkan dengan keutamaan dan
Rahmat allah
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ
الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا
إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Sesungguhnya Abu Hurairah
berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal
seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak
wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak.
Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari no. 5673 dan
Muslim no. 2816)
Juga hadits dari Muadz bin Jabal
bertanya amalan kebaikan yg menyebabkan kita dimasukkan ke surga
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ ؛ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! أَخْبِرْنِـيْ بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِـيْ
الْـجَنَّةَ ، وَيُبَاعِدُنِـيْ مِنَ النَّارِ. قَالَ : «لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ
عَظِيْمٍ ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَـى عَلَيْهِ :
تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ
، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ». ثُمَّ قَالَ : «أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَـى
أَبْوَابِ الْـخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْـخَطِيْئَةَ
كَمَـا يُطْفِئُ الْـمَـاءُ النَّارَ ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِـيْ جَوْفِ اللَّيْلِ»
، ثُمَّ تَلاَ : تَتَجَافَـى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْـمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ
خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّـا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ
مَآ أُخْفِيَ لَــهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءً بِـمَـا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
[السجدة : ١٦-١٧]. ثُمَّ قَالَ : «أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ اْلأَمْرِ ، وَعَمُوْدِهِ
، وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟» قُلْتُ : بَلَـى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ : «رَأْسُ اْلأَمْرِ
اْلإِسْلاَمُ ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْـجِهَادُ». ثُمَّ
قَالَ : «أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟». قُلْتُ : بَلَـى يَا رَسُوْلَ
اللهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ ، ثُمَّ قَالَ : «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا». قُلْتُ : يَا
نَبِيَّ اللهِ ! وَإِنَّا لَـمُؤَاخَذُوْنَ بِـمَـا نَتَكَلَّمُ بِهِ ؟ فَقَالَ :
«ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ ! وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِـى النَّارِ عَلَـى وُجُوْهِهِمْ
– أَوْقَالَ : عَلَـى مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Dari Mu’adz bin Jabal
Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Wahai Rasulullâh! Jelaskan kepadaku
amal perbuatan yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, engkau telah bertanya tentang
sesuatu yang besar, namun itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Azza
wa Jalla di dalamnya, yaitu: engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melaksanakan shalat, membayar
zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah.” Kemudian Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan?
Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan
api, dan shalat seseorang di tengah malam.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla , “Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya, mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap, dan
mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka,
tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu
(bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa
yang mereka kerjakan.” (as-Sajdah/32:16-17). Kemudian beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala
perkara, tiang-tiang, dan puncaknya?” Aku berkata, “Mau, wahai Rasulullâh.”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pokok segala perkara adalah
Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” Kemudian beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku jelaskan mengenai
hal yang menjaga itu semua?” Aku menjawab, “Mau, wahai Rasulullâh.” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang lidahnya kemudian bersabda, “Jagalah ini
(lidah).” Aku berkata, “Wahai Nabiyullâh, apakah kita akan disiksa karena apa
yang kita katakan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menyayangi ibumu, wahai Mu’adz! bukanlah
manusia terjungkir di neraka di atas wajah mereka -atau beliau bersabda: di
atas hidung mereka- melainkan dengan sebab lisan mereka.” [Diriwayatkan
oleh at-Tirmidzi. Beliau mengatakan, “Hadits ini hasan shahîh.”]
Ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha
juga pernah bertanya kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam tentang
amalan yang didatangkan dihari kiamat namun kemudian mereka berharap-harap agar
amalan tersebut diterima oleh Allah dan khawatir jika tertolak. Merekalah yang
disebutkan dalam firman Allah,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ
“Dan orang-orang yang memberikan
apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” (QS. Al Mu’minun: 60)
‘Aisyah mengatakan,
يَا رَسُولَ اللَّهِ (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ
مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) أَهُوَ الرَّجُلُ الَّذِى يَزْنِى وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ
الْخَمْرَ قَالَ « لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ
الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّى وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ ».
“Wahai Rasulullah! Apakah yang
dimaksudkan dalam ayat “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan, dengan hati yang takut”, adalah orang yang berzina, mencuri dan
meminum khomr?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Wahai
putri Ash Shidiq (maksudnya Abu Bakr Ash Shidiq, pen)! Yang dimaksud dalam ayat
tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut
adalah orang yang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia
khawatir amalannya tidak diterima.”
Merupakan karunia ketika kita
beribadah namun takut tidak diterima, oleh karenanya Ibnu ‘Umar Radhiyallahu
‘Anhuma, beliau pernah mengatakan: “Andaikan aku tahu ada satu sujud saja
yang aku lakukan diterima sama Allah Subhanahu wa Ta’aala, niscaya itu lebih
aku cintai daripada dunia seisinya.”
Dan juga Allah berfirman dalam surat ke-16.An-Naḥl : 97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Siapa yang mengerjakan
kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin,
sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami
beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka
kerjakan.”
Bukti bahwa allah Ta'ala berada diatas arsy
Dalil surat 35.Fāṭir : 10
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ
يَرْفَعُهُ ۚ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ
أُولَٰئِكَ هُوَ يَبُورُ
“Siapa yang menghendaki
kemuliaan (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan
naik perkataan-perkataan yang baik*631) dan amal saleh akan diangkat-Nya.
Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan akan mendapat azab yang sangat
keras dan rencana jahat mereka akan hancur.”
Arti Istiwa’
Lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab –
yang dengannya Allah menurunkan wahyu – berarti (عَلاَ
وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas (tinggi/di ketinggian). Hal ini adalah
kesepakatan salaf dan ahli bahasa.
Menafsirkan istawa (اِسْتَوَى) dengan istawla (اِسْتَوْلَى) yang artinya
menguasai adalah salah satu bentuk ta’wil yang bathil. Penafsiran ini tidak
dikenal di kalangan generasi awal umat Islam, tidak juga di kalangan ahli
bahasa Arab. Abul Hasan Al-Asy’ari menyebutkan bahwa penafsiran ini pertama
kali dimunculkan oleh orang-orang Jahmiyyah dan Mu’tazilah. Mereka ingin
menafikan sifat keberadaan Allah di atas langit dengan penafsiran ini. Kita
tidak menafikan sifat kekuasaan bagi Allah, tapi bukan itu arti istiwa’.
Secara hakikatnya kita tidak
mengetahui bagaimana allah beristiwa, dalilnya surat ke-42. Asy-Syūrā : ayat
ke-11
ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Keutamaan ibadah diwaktu manusia lalai
Qiyamullail dan puasa merupakan
ibadah yang rahasia dan disinilah banyak manusia lalai dan allah menjaga
keikhlasannya
Ditulis oleh
Ahmad Abu Syakirah
18 Pebruari 2025 / 19 Sya’ban 1446 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar