Kajian tematik Masjid Baiturrahim
galaxi Bekasi Selasa, 26 November 2024
📚 SESAT DIATAS HIDAYAH
✍️ Pemateri : Ustadz Mahfudz Umri, Lc. hafidzahullah
Muqodimmah pertama :
Setiap kita menginginkan keridhoan allah menjadi sholih dan sholihah serta dimasukkan kedalam
surga-Nya allah.
3.Āli 'Imrān : 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا
تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari
Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan.
Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Didalam ayat tersebut mengandung beberapa faidah,
diantaranya :
1. Setiap bernyawa pasti akan mati
2. Dibalas amal perbuatan di akhirat kelak baik buruk maupun
baik
3. Ukuran sukses dimasukkan surga dan diselamatkan dari
neraka
4. Dunia merupakan kehidupan yang menipu dan memperdaya
Muqodimmah kedua :
Ada orang yang tertipu diatas kesesatan sedangkan mereka
mengira telah melakukan yang terbaik, sebagaimana dalam Allah berfirman :
18.Al-Kahfi : 103
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah perlu kami beri
tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?”
18.Al-Kahf : 104
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ
أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
(Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan
dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Contoh sesat diatas hidayah sangatlah banyak diantaranya ketika
mereka sholat, haji, umrah dan amalan baik namun dibumbui oleh penyakit riya
dan sum'ah. Sholat, haji dan umrah merupakan hidayah sedangkan riya’dan sum’ah
merupakan kesesatan
Point pertama
Asal pertama kita didunia adalah diatas kesesatan dalam
riwayat imam Muslim dalam hadits Qudsi juga dalam firman allah
93.Aḍ-Ḍuhā : 7
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ
mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang
syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu)
juga dalam firman allah
42.Asy-Syūrā : 52
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ
تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ
مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūḥ
(Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah
Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur'an)
cahaya yang dengannya Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan
yang lurus.
Ketika kita di alam perut atau tulang sulbi anak adam setiap
manusia sesungguhnya kita itu diatas hidayah
7.Al-A'rāf : 172
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا
ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang
punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya
terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami
melakukannya) agar di hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami
lengah terhadap hal ini.”
Hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
menyatakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُشَرِّكَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah; kedua orang tuanyalah yang menjadikannya penganut agama Yahudi,
atau Nasrani, atau Majusi.''
📌 Point ke 2
Hidayah adalah hak mutlak allah Ta'ala.
Hadits Qudsi yang dari sahabat abu dzar al ghifari dalam
riwayat imam Muslim
Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang
telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti
Aku memberinya.
📌 Point ke 3
Hidayah harus diminta, dicari serta diraih. Sebagaimana kita
meminta kepada allah setiap sholat dalam surat al fatihah.
29.Al-'Ankabūt : 69
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
(mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang
berbuat kebaikan.
Juga hadits nabi, Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki
mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)
Juga kita harus mengambil sebab dalam mencari hidayah
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ
بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.
Muslim, no. 2699)
Sebagaimana kisah Imam Baqi bin Makhlad, Berpura-pura
Menjadi Pengemis demi Mendapat Riwayat Hadis dari imam Ahmad bin hambal yang
berjalan kaki dari Andalus ke Baghdad
📌 Point ke 4
Macam-macam hidayah Ditinjau dari sisi yang menyampaikan,
yaitu :
1. Hidayatul taufik (hak preogratif allah),
sebagaimana abu Thalib yakni paman nabi
yang tidak mendapatkan hidayah padahal abu Thalib membantu dakwah nabi selama
40 tahun.
– حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ قَالَ:
حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ
الۡمُسَيَّبِ، عَنۡ أَبِيهِ أَنَّهُ أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ لَمَّا حَضَرَتۡ أَبَا طَالِبٍ
الۡوَفَاةُ، جَاءَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَوَجَدَ عِنۡدَهُ أَبَا جَهۡلِ بۡنَ هِشَامٍ، وَعَبۡدَ اللهِ بۡنَ أَبِي
أُمَيَّةَ ابۡنِ الۡمُغِيرَةِ، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لِأَبِي طَالِبٍ: (يَا عَمِّ، قُلۡ: لَا إِلٰهَ
إِلَّا اللهُ، كَلِمَةً أَشۡهَدُ لَكَ بِهَا عِنۡدَ اللهِ). فَقَالَ أَبُو جَهۡلٍ وَعَبۡدُ
اللهِ بۡنُ أَبِي أُمَيَّةَ: يَا أَبَا طَالِبٍ، أَتَرۡغَبُ عَنۡ مِلَّةِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ؟!
فَلَمۡ يَزَلۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَعۡرِضُهَا
عَلَيۡهِ، وَيَعُودَانِ بِتِلۡكَ الۡمَقَالَةِ، حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا
كَلَّمَهُمۡ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ. وَأَبَى أَنۡ يَقُولَ: لَا إِلٰهَ
إِلَّا اللهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَا وَاللهِ لَأَسۡتَغۡفِرَنَّ لَكَ مَا لَمۡ أُنۡهَ عَنۡكَ). فَأَنۡزَلَ
اللهُ تَعَالَى فِيهِ: ﴿مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ﴾ [التوبة: ١١٣] الآيَةَ.
[الحديث ١٣٦٠ – أطرافه في: ٣٨٨٤، ٤٦٧٥،
٤٧٧٢، ٦٦٨١].
1360. Ishaq telah menceritakan kepada kami: Ya'qub bin
Ibrahim mengabarkan kepada kami, beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku,
dari Shalih, dari Ibnu Syihab, beliau berkata: Sa'id ibnul Musayyab mengabarkan
kepadaku, dari ayahnya bahwa dia mengabarkan kepadanya: Ketika kematian
mendekati Abu Thalib, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatanginya.
Beliau mendapati di sisinya ada Abu Jahl bin Hisyam dan 'Abdullah bin Abu
Umayyah bin Al-Mughirah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata
kepada Abu Thalib, “Wahai pamanku, katakanlah: laa ilaaha illallaah, satu
kalimat yang aku akan bersaksi untukmu dengannya di sisi Allah.” Abu Jahl dan
'Abdullah bin Abu Umayyah berkata: Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci
agama 'Abdul Muththalib?! Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus
menerus menawarkan ajakan itu kepadanya dan keduanya juga mengulang-ulang
perkataan mereka. Sampai akhirnya Abu Thalib mengucapkan perkataan mereka bahwa
dia di atas agama 'Abdul Muththalib. Dia enggan untuk mengucapkan laa ilaaha
illallaah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah,
sungguh aku akan meminta ampunan untukmu selama aku tidak dilarang.” Maka Allah
ta'ala menurunkan firman tentangnya yang artinya, “Tiadalah sepatutnya bagi
Nabi...” (QS. At-Taubah: 113).
28.Al-Qaṣaṣ : 56
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ
يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat)
memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima
petunjuk). Dia paling tahu tentang orang-orang yang (mau) menerima petunjuk.
2. Hidayatul irsyad atau hidayatul bayan atau hidayatul
'ilmi
42.Asy-Syūrā : 52
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ
تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ
مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Demikianlah Kami
mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūḥ (Al-Qur'an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman
itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur'an) cahaya yang dengannya Kami memberi
petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya
engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus.
📌 Point ke 5
Hidayah ditinjau dari materinya yaitu :
1. Hidayah mujmalah (global)
2. Hidayah mufasholah (Terperinci)
16.An-Naḥl : 99
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya ia (setan) tidak memiliki pengaruh terhadap
orang-orang yang beriman dan bertawakal hanya kepada Tuhan mereka.
16.An-Naḥl : 100
إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ
بِهِ مُشْرِكُونَ
Pengaruhnya hanyalah terhadap orang-orang yang menjadikannya
pemimpin dan orang-orang yang menjadi musyrik karena (tipu daya)-nya.
Ayat ini menunjukkan bahwa ujian seseorang tergantung kadar
keimanan.
Point ke 6
Sesat diatas hidayah
📌 1. Amal yang dilakukan
diatas kesyirikan. Dan gugurlah amalan itu semuanya.
4.An-Nisā : 116
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena
mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain
(syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan
Allah sungguh telah tersesat jauh.
39.Az-Zumar : 65
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Sungguh, benar-benar telah diwahyukan kepadamu dan kepada
orang-orang (para nabi) sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah),
niscaya akan gugurlah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang
rugi.
2. Amal diatas syirik kecil.
عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
قَالَ « إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ ». قَالُوا وَمَا
الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِىَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا
إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ
جَزَاءً »
Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian
adalah syirik ashgor.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgor adalah) riya’. Allah Ta’ala
berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat
balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan
perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari
mereka?’ (HR. Ahmad 5: 429)
Juga dalam hadits yang panjang nabi sholallahu alaihi
wasalam menjelaskan dan menceritakan 3 amalan besar namun ditolak oleh allah
عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا,
قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ:
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ
بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ
وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا,
قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ
فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ:
عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ
بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ
عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ
نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ
تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ،
وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ
عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. رواه مسلم (1905) وغيره
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di
jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan
(yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya :
‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku
berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman
: ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani.
Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup),
lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah
seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia
didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun
mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau
lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah
berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim
(yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang
qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang
dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan
melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang
diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya
(mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan
nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan
infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya
semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat
yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang
begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat)
agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”
📌 3. Beramal tidak sesuai
dengan tuntunan nabi shallallahu alaihi wasalam (bid'ah).
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatusaat
amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no.
1718).
4. Merasa amalnya diterima dan karena itulah yang
menyebabkan dia masuk neraka karena kesombongan. Kita masuk surga allah karena
rahmat dan pertolongan allah semata
5. Amal yg dilakukan dengan sikap terlalu percaya diri.
Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi hatim dari 'Aisyah
pernah bertanya kepada Nabi:
Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai ayat
ini (alladzina yu'tuna ma ataw waqulubuhum wajilah), apakah yang dimaksud
dengan ayat ini ialah orang berzina dan meminum khamar atau mencuri, dan karena
itu ia takut kepada Tuhan dan siksa-Nya? Pertanyaan ini dijawab oleh
Rasulullah, "Bukan demikian maksudnya, hai puteri Abu Bakar as-shiddiq.
Yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengerjakan salat, berpuasa
dan menafkahkan hartanya, namun dia merasa takut kalau-kalau amalnya itu
termasuk amal yang tidak diterima (mardud). (Riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi
23.Al-Mu'minūn : 60
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ
رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka
kerjakan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhannya.
23.Al-Mu'minūn : 61
أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
Mereka itu bersegera dalam (melakukan) kebaikan-kebaikan dan
merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.
6. Orang yang beramal lalu putus asa
7. Orang beramal karana semanta hanya cinta
8. Solusi meraih hidayah sempurna, diantaranya adalah :
perhatikan 6 prinsip ibadah ;
1. Lillah ( لله
)..ikhlas beribadah karena Allah Ta'aala
2.Fillaah ( في الله
)...beribadah sesuai dengan tuntunan Nabi صلى
الله عليه وسلم
3.Billah (بالله ) ...meminta
pertolongan Allah Ta'aala dalam menjalankan ibadah
4. Al Khouf ( الخوف
) merasa takut kepada Allah...takut adzabNya...takut amal ibadah tidak
diterima...takut ibadahnya tercampur riya' , sombong, ujub dll
5.Rasa Harap ( الرجاء
) rasa harap ampunan Allah....Pahala dan RahmatNya ...harapan agar amal ibadah
diterima Allah
6. Al mahabbah ( المحبة
) yaitu kita beribadah didasarkan atas cinta kepada Allah Ta'aala...senang
,semangat dan giat beribadah kepada Allah Ta'aala
Wallahu 'alam bishowab
(Ahmad Abu Syakirah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar